pasang disini

Didik Nini Thowok, Lakoni Tarian Wanita Namun Tetap Maskulin Dalam Keseharian


Siapa yang tidak mengenal Didik Nini Thowok? Ia adalah seorang maestro tari Indonesia. Salah satu penari yang menjadi kebanggaan Indonesia. Konsistensinya dalam berkesenian dan berkarir membuatnya dikenal sampai mancanegara.

Tidak hanya di Indonesia saja, ia juga dikenal luas di kancah internasional. Dalam setiap pertunjukannya, Didik selalu berhasil menampilkan keunikan-keunikan baru. Soal keluwesannya dalam menari? Rasanya tidak usah diragukan lagi. Ia selalu memberikan pesona dan penonton pun dibuatnya terpukau.

Keunikan dari tarian dari Didik Nini Thowok ini terletak pada gerakan per gerakan yang menimbulkan rasa kekaguman luar biasa. Ia selalu berusaha mempersembahkan sebuah tarian yang bercita rasa seni tinggi. Di atas pentas ia tampil ala wanita, memakai kebaya, bersanggul dan total mengenakan make up.


Dan satu lagi yang menjadi ciri khasnya, ia kerap mengenakan topeng sebagai salah satu instrumen tariannya. Topengnya ini ia pakai di belakang kepalanya. Seolah dalam tarian tersebut, terdapat dua sosok. Ia pun melenggak lenggok dengan gemulai, kemudian ia menghadap ke belakang untuk memperlihatkan sosok lain lewat topengnya tersebut. Bahkan ia telah menguasai beberapa jenis macam tarian di Indonesia.

Jika membicarakan penghargaan atau bentuk apresiasi, tentu tak ada habisnya. Menjadi seorang maestro tentu sudah memakan asam garam kehidupan menarinya. Maka dari itu, penghargaan pun kerap membanjiri dirinya.

Itulah sepenggal kisah dari Didik Nini Thowok saat pentas di atas panggung. Lantas bagaimana di luar itu semua? Bagaimana kehidupan dari pria bernama asli dari Didik Hadiprayitno ini? Apakah ia kemayu seperti saat sedang menari di atas panggung? Nyatanya tidak.

Sama seperti seniman kebanyakan, dirinya tetap berada di lingkaran passionnya. Mau saat pentas atau pun di luar dari itu, di kehidupan sehari-harinya ia tetap bergelut dengan tarian. Ia memang mencintai tari dan tari adalah bagian dari hidupnya, seakan mengalir ke nadinya.

Hebatnya lagi, ia pun bisa menyeimbangkan diri bagaiamana cara dia tampil saat di pentas dan di kehidupan sehari-hari. Tentu saja dalam kesehariannya ini, ia akan tampil apa adanya. Tanpa riasan, tanpa sanggul dan tanpa memakai kostum tentunya.

Mulai dari penghargaan dalam negeri seperti Original Rekor Indonesia Award atas prestasinya sebagai seniman tari, Soedarpo Award, dan Cultural Award Governor of Indonesia. Penghargaan dari luar juga ia raih seperti, Indonesian Consulate of Kobe dan Sultan Haji Hassanal Bolkiah Brunei. Namun dari penghargaan tersebut masih sekelumit dari semua penghargaan yang ia dapatkan.

Memang kehidupan yang sederhana ini yang selalu ia jalani. Ia pun ramah terhadap sesama. Sifatnya yang humoris menjadikannya sebagai sosok yang mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.

Di luar pentas, ia adalah seorang instruktur tari, pembicara pada seminar, mengikuti berbagai aksi sosial. Ia juga memiliki sanggar tarinya sendiri yang bernama Sanggar Tari Natya Lakshita yang didirikan pada 2 Februari 1980.

Sanggar itu pun berkembang, tak hanya menjadi sanggar biasa namun telah menjadi lembaga pendidikan dan kepelatihan (LPK). Tak hanya menari namun di sini juga ada kelas koreografi, tata rias, dan manajemen pertunjukan.

Comments

Pasang Di Sini